JAKARTA - Timnas Voli Putra Indonesia membuka langkah di leg kedua SEA V League dengan kemenangan dramatis atas Filipina. Bertanding di Jakarta International Velodrome, Rivan Nurmulki dan kawan-kawan menang dengan skor tipis 3-2 (25-19, 19-25, 21-25, 25-22, 15-8) dalam pertandingan yang penuh ketegangan.
Namun kemenangan ini bukan datang dengan mudah. Meski unggul meyakinkan di leg pertama dengan skor 3-0, laga kali ini menghadirkan tantangan lebih besar bagi tim Merah Putih. Tertinggal 1-2, perubahan strategi dilakukan oleh tim pelatih, yang kemudian terbukti menjadi titik balik pertandingan.
Rotasi Pemain Jadi Penyelamat
Asisten pelatih Erwin Rusni mengungkapkan bahwa kondisi tim sempat tidak optimal di tengah laga. Beberapa pemain utama mengalami penurunan performa, termasuk Jasen Natanael yang akurasinya menurun dibandingkan dengan leg sebelumnya.
“Saya lihat kondisi pemain saat tertinggal 1-2 belum pulih benar. Jasen Natanael juga akurasinya agak sedikit berubah dibanding leg pertama, akhirnya kita coba rotasi,” kata Erwin.
Salah satu langkah strategis yang diambil tim pelatih adalah memasukkan Alfin Daniel untuk menggantikan Jasen. Masuknya Alfin terbukti krusial. Ia bermain dengan tenang dan tanpa beban, mampu menghidupkan kembali semangat tim yang sempat menurun.
“Alhamdulillah hasilnya bagus. Yang saya lihat Alfin nggak ada tekanan. Dia cuek mainnya. Akhirnya teman-temannya terbawa untuk naik kembali,” lanjut Erwin.
Tak hanya Alfin, kembalinya Rivan ke lapangan juga menjadi momentum penting. Meski sempat terganggu kondisi fisiknya akibat sakit usai melawan Vietnam di leg pertama, kehadirannya mampu memantik semangat tim.
“Rivan terpaksa main juga karena kondisinya kemarin sedikit gangguan. Tapi dia onfire setelah masuk,” ungkap Erwin.
Peran Pemain Muda dan Adaptasi Venue
Fahry Septian, outside hitter Indonesia, juga mengapresiasi perubahan permainan usai rotasi. Ia menyebutkan bahwa Alfin tampil tak terduga karena tidak bermain di leg pertama, membuat lawan sulit membaca pergerakannya.
“Masuknya Alfin mengubah ritme permainan. Dia tidak terbaca oleh lawan. Terus kebetulan Mas Rivan juga masuk dan onfire, jadi bisa merubah ritme permainan sih,” ujar Fahry.
Fahry juga mengakui bahwa pertandingan perdana di Velodrome butuh penyesuaian. Adaptasi terhadap venue baru dan atmosfer pertandingan membuat tim perlu waktu untuk menemukan ritme yang pas.
“Untuk pertandingan pertama di Velodrome, kami butuh adaptasi terlebih dahulu. Kami juga harus atur ritme permainan seperti apa,” tambahnya.
Selain faktor teknis dan strategi, Fahry menyoroti semakin ketatnya kompetisi SEA V League tahun ini. Masuknya Kamboja sebagai tim baru membuat persaingan lebih dinamis dan berat dibanding edisi sebelumnya.
“SEA V League tahun ini lebih berat daripada tahun sebelumnya. Karena Kamboja ikut serta, persaingan makin padat dan mereka juga mempersiapkan tim dengan lebih matang,” ujarnya.
Dengan kemenangan ini, Timnas Voli Indonesia membuka peluang lebih besar untuk tampil lebih baik di leg kedua SEA V League. Evaluasi terus dilakukan oleh jajaran pelatih, terutama dalam aspek stabilitas mental pemain muda dan strategi bermain saat dalam tekanan.
Rotasi yang tepat waktu dan kembalinya pemain-pemain kunci seperti Rivan menjadi sinyal positif bahwa tim siap menghadapi tantangan selanjutnya di turnamen ini.
Meski jalan menuju gelar masih panjang, semangat juang dan kecermatan strategi menjadi modal penting bagi Timnas Voli Indonesia untuk terus melaju dan mengibarkan Merah Putih lebih tinggi di panggung regional.