Kuliner Jadul Hampir Punah: Dari Yogurt Kerbau hingga Roti Koing

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:41:16 WIB
Kuliner Jadul Hampir Punah: Dari Yogurt Kerbau hingga Roti Koing

JAKARTA - Di balik keberagaman rasa dan kekayaan kuliner Nusantara, terdapat sejumlah makanan lawas yang nyaris terlupakan. Dikenal sejak zaman kolonial, beberapa sajian khas daerah kini tinggal cerita tidak lagi dijumpai di pasar, warung, bahkan dapur masyarakat setempat.

Padahal, Indonesia memiliki lebih dari 5.300 jenis makanan tradisional yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Namun, kemajuan zaman dan selera konsumen yang berubah membuat kuliner-kuliner klasik ini perlahan menghilang. Modernisasi makanan, tren instan, dan keterbatasan bahan menjadi tantangan utama pelestariannya.

Berikut ini lima contoh makanan tradisional yang kini semakin sulit ditemui, namun pernah jadi favorit di zamannya:

Warisan Rasa yang Mulai Tergerus Waktu

1. Ampiang Dadiah – Yogurt Susu Kerbau ala Minang
Pernah dengar yogurt alami khas Sumatera Barat? Namanya Ampiang Dadiah, kombinasi unik antara ampiang (beras ketan tumbuk) dan dadiah (susu kerbau fermentasi). Yang menarik, fermentasinya dilakukan dalam ruas bambu tertutup daun pisang selama dua hari. Hasilnya: tekstur seperti agar-agar dengan rasa asam menyegarkan.

Sayangnya, meski sehat dan otentik, makanan ini kini langka bahkan di kampung halamannya sendiri, karena cara pembuatannya yang rumit dan bahan utama — susu kerbau — semakin jarang.

2. Lompong Sagu – Cita Rasa Singkil yang Terlupakan
Kuliner tradisional dari Aceh ini berbahan dasar tepung sagu yang dicampur pisang, kelapa parut, dan gula. Adonan itu dibungkus daun pisang lalu dipanggang menggunakan bara sabut kelapa, menghasilkan aroma bakar yang khas.

Kini, Lompong Sagu jarang dibuat karena dianggap merepotkan, dan sudah tersaingi oleh jajanan modern. Satu per satu pedagangnya menghilang dari pasar tradisional Singkil.

3. Bubur Ase – Warisan Betawi yang Tenggelam di Tengah Kota
Makanan ini bukan sekadar bubur. Bubur Ase, warisan Betawi asli, merupakan perpaduan bubur nasi gurih yang diberi topping asinan sayur dan semur daging. Kombinasi asin, asam, dan manis menciptakan rasa yang unik.

Dulu, kuliner ini populer di kawasan Batavia. Kini, hanya sedikit penjual yang tersisa. Generasi muda pun nyaris tidak mengenalnya, meski makanan ini sudah masuk daftar Warisan Budaya Takbenda.

Lauk Tradisional dan Roti Masa Sulit

4. Kethek Kebumen – Lezat dari Ampas Kelapa
Meskipun namanya terdengar aneh, makanan ini punya filosofi hemat luar biasa. Terbuat dari ampas kelapa sisa pembuatan minyak, dicampur bumbu, lalu dikukus dan disajikan dengan nasi.

Kethek sempat menjadi lauk andalan di masa sulit. Namun kini sulit ditemukan, karena proses pembuatannya tergantung ketersediaan ampas kelapa yang tak lagi umum digunakan di rumah tangga modern.

5. Roti Koing – Roti Keras Warisan Palembang
Ketika harga gula mahal, masyarakat Palembang berinovasi menciptakan roti keras tanpa gula bernama Roti Koing (atau Roti Raden / Roti Klatak). Rasanya hambar, namun jadi teman setia untuk teh atau kopi panas.

Meski punya nilai sejarah tinggi, roti ini perlahan ditinggalkan karena teksturnya dianggap kurang menarik bagi lidah masa kini. Generasi baru lebih memilih roti lembut dan manis yang dijual di toko modern.

Jangan Biarkan Mereka Menghilang

Kelima kuliner di atas adalah peninggalan sejarah rasa yang membentuk identitas masyarakat lokal di masa lalu. Di tengah tren makanan kekinian, warisan kuliner ini butuh perhatian dan pelestarian.

Menjaga agar kuliner lama tak punah bukan hanya soal resep atau bahan, tapi juga soal mewariskan cerita dan kebanggaan budaya kepada generasi berikutnya.

Apakah di kampung halamanmu juga ada makanan tradisional yang kini sulit dicari? Jangan ragu untuk mulai mengenalkannya kembali ke keluarga, sahabat, atau media sosial. Sebab, dari piring kecil bisa lahir pelestarian yang besar.

Terkini