JAKARTA - Meskipun Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan untuk meningkatkan produksi minyak secara tajam mulai Agustus 2025, harga minyak mentah justru mengalami penguatan yang cukup signifikan pada perdagangan awal pekan ini. Kenaikan produksi yang melebihi ekspektasi pasar seharusnya menekan harga, namun kondisi pasokan fisik yang ketat serta kepercayaan pasar terhadap permintaan global menjadi faktor utama yang menjaga harga tetap naik.
Produksi Naik, Harga Justru Menguat: Apa Penyebabnya?
Keputusan OPEC+ pada Sabtu lalu menetapkan tambahan produksi sebesar 548.000 barel per hari, meningkat dari tambahan 411.000 barel per hari selama tiga bulan terakhir. Meski demikian, harga minyak mentah Brent sempat turun ke USD 67,22 per barel di awal sesi, namun kemudian berbalik menguat hingga USD 69,58 per barel, naik sekitar 1,87 persen. Minyak West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 93 sen atau 1,39 persen setelah menyentuh titik terendah intraday USD 65,40 per barel.
Analis UBS, Giovanni Staunovo, menjelaskan bahwa pasar minyak saat ini masih menunjukkan kondisi ketat sehingga peningkatan pasokan dari OPEC+ dapat terserap dengan baik tanpa menekan harga secara signifikan. Hal ini menandakan bahwa faktor pasokan fisik di lapangan masih menjadi penyangga utama bagi harga minyak.
RBC Capital dalam analisisnya juga mencatat bahwa peningkatan produksi tersebut hampir mengembalikan 80 persen dari pengurangan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang sebelumnya diberlakukan oleh beberapa anggota OPEC. Namun, produksi aktual sejauh ini masih sedikit di bawah target, dengan kontribusi terbesar datang dari Arab Saudi.
Langkah strategis Arab Saudi terlihat dari kenaikan harga jual minyak jenis Arab Light untuk pasar Asia pada Agustus 2025. Harga ini mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir, sebagai bentuk optimisme terhadap permintaan minyak global yang masih solid.
Goldman Sachs bahkan memproyeksikan OPEC+ akan kembali menaikkan produksi sebesar 550.000 barel per hari pada pertemuan awal Agustus mendatang. Rencana ini mengindikasikan bahwa OPEC+ berupaya menjaga produksi tetap tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yang dinamis.
Ketidakpastian Tarif AS dan Pengaruhnya pada Pasar Minyak
Namun, kondisi pasar minyak tidak sepenuhnya bebas risiko. Ketidakpastian muncul dari kebijakan tarif baru Amerika Serikat yang beberapa kali mengalami penundaan implementasi, tanpa kejelasan rinci. Kekhawatiran bahwa tarif lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global turut menekan sentimen pasar dan potensi permintaan minyak.
Priyanka Sachdeva, analis senior Phillip Nova, menyebutkan bahwa kekhawatiran terkait kebijakan tarif AS masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga minyak selama paruh kedua tahun ini. Sementara itu, pelemahan dolar AS menjadi satu-satunya faktor penguat harga, karena membuat harga minyak berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pembeli dengan mata uang lain.
Keseimbangan Pasokan dan Permintaan Menentukan Arah Pasar
Kenaikan harga minyak di tengah lonjakan produksi menunjukkan keseimbangan pasar yang kompleks. Pasokan memang bertambah, tetapi keterbatasan kapasitas penyimpanan, gangguan distribusi, dan ketegangan geopolitik di wilayah penghasil minyak utama menjadi faktor pembatas pasokan fisik.
Di sisi lain, permintaan tetap kuat terutama dari negara berkembang dan sektor industri, yang membuat pasar mampu menyerap tambahan pasokan OPEC+. Hal ini memberikan sinyal positif bagi produsen untuk terus meningkatkan produksi tanpa harus mengorbankan harga secara signifikan.
Pasar kini menanti keputusan OPEC+ pada pertemuan awal Agustus, yang akan menentukan arah kebijakan produksi berikutnya. Jika permintaan global tetap stabil, besar kemungkinan OPEC+ akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi guna memastikan pasokan energi yang cukup di pasar.
Secara keseluruhan, meskipun ada lonjakan produksi dari OPEC+, harga minyak mentah tetap menguat karena tekanan ketatnya pasokan fisik dan keyakinan pasar terhadap permintaan yang stabil. Langkah Arab Saudi menaikkan harga jual ke Asia mencerminkan optimisme pasar, sementara ketidakpastian kebijakan tarif AS masih menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Situasi ini menggambarkan dinamika pasar minyak global yang sensitif terhadap perubahan geopolitik dan ekonomi, serta pentingnya pengambilan keputusan strategis dari OPEC+ di masa depan.