JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tengah menjadi sorotan publik setelah berhasil mengantongi pendanaan jumbo yang melibatkan mitra dari berbagai negara. Namun, investasi besar ini bukan sekadar soal angka yang fantastis, melainkan bagaimana dana tersebut dapat dioptimalkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional secara nyata.
Pengamat BUMN dari NEXT Indonesia, Herry Gunawan, menegaskan bahwa aset Danantara kini sudah setara dengan kapasitas investasi nasional. Namun demikian, kata Herry, untuk memberikan dampak nyata terhadap ekonomi, dibutuhkan tambahan modal investasi yang mampu meningkatkan rasio investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Investasi Danantara seharusnya mampu menarik keterlibatan investor swasta, terutama asing. Dengan begitu, kapasitas modal investasi dalam negeri bisa meningkat dan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Fokus Investasi pada Sektor Riil dan Strategis
Menurut Herry Gunawan, Danantara perlu menempatkan prioritas utama pada investasi sektor riil, bukan sekadar investasi portofolio yang lebih berfungsi sebagai pendukung penguatan modal. Salah satu sektor yang menjadi perhatian khusus adalah industri pengolahan menengah (intermediate industry) yang menghasilkan bahan baku penolong untuk produksi.
Hal ini krusial mengingat sekitar 70% impor Indonesia saat ini terdiri dari bahan baku penolong, mencerminkan tingginya ketergantungan pada produk impor. “Kalau Danantara ingin berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi di sektor ini harus diprioritaskan. Sektor ini juga memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi,” tegas Herry.
Sejak resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025, Danantara telah menjalin kerja sama internasional senilai US$ 7 miliar dari mitra-mitra di Qatar, Rusia, China, dan Australia. Terbaru, perusahaan ini mengamankan komitmen investasi sebesar US$ 10 miliar (sekitar Rp 162,36 triliun) dari ACWA Power, perusahaan asal Arab Saudi yang fokus pada desalinasi air dan pengembangan hidrogen hijau.
“Danantara dan ACWA menjalin kerja sama investasi senilai US$ 10 miliar untuk pengembangan proyek-proyek besar di bidang energi bersih,” ungkap CEO Danantara, Rosan Roeslani.
Investasi Jangka Panjang Kunci Keberhasilan
Selain Herry, ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, juga memberikan perspektif penting tentang arah investasi Danantara. Menurutnya, kunci keberhasilan sebuah Sovereign Wealth Fund (SWF) global terletak pada konsistensi investasi jangka panjang yang strategis, bukan sekadar tindakan taktis yang berorientasi jangka pendek.
“Dalam konteks Indonesia, sektor hilirisasi, transisi energi, kendaraan listrik (EV), dan infrastruktur adalah area strategis yang menjanjikan,” kata Wijayanto.
Dengan dukungan modal besar dan arahan yang tepat, Danantara diharapkan bisa menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional, mengangkat berbagai sektor strategis untuk meningkatkan daya saing Indonesia di panggung global.
Momentum dan Tantangan ke Depan
Pendanaan besar yang diperoleh Danantara memberikan harapan besar bagi perekonomian Indonesia. Namun, yang terpenting adalah bagaimana pengelolaan investasi tersebut dijalankan agar mampu mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sinergi antara pemerintah, Danantara, dan sektor swasta, khususnya investor asing, akan menjadi kunci sukses dalam memaksimalkan potensi modal yang ada. Selain itu, fokus pada sektor riil dan strategis harus menjadi prioritas utama agar investasi dapat berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, pengurangan ketergantungan impor, serta pengembangan teknologi dan infrastruktur.
Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang tepat, Danantara berpotensi mengubah landscape investasi Indonesia sekaligus mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional.