Energi Panas Bumi Indonesia Tertahan, Saatnya Model Bisnis Baru

Kamis, 03 Juli 2025 | 08:44:29 WIB
Energi Panas Bumi Indonesia Tertahan, Saatnya Model Bisnis Baru

JAKARTA - Alih-alih stagnan, pengembangan energi panas bumi di Indonesia diharapkan bisa bertransformasi lebih cepat. Dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia, Indonesia seharusnya mampu melesat sebagai pemain utama dalam energi terbarukan. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan panas bumi masih tertinggal jauh. Karena itu, menurut Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), saatnya pendekatan lama ditinggalkan dan diganti dengan model bisnis inovatif yang mampu menjawab tantangan zaman.

Ketua Umum API, Julfi Hadi, menilai bahwa pengembangan energi panas bumi sudah terlalu lama terhambat oleh model bisnis lama yang tidak lagi relevan. Risiko eksplorasi yang tinggi, biaya awal yang besar, serta keterbatasan jaringan distribusi menjadi penghalang utama pemanfaatan potensi ini secara optimal.

“Sudah 30 tahun kita membahas pengembangan panas bumi, namun progresnya masih jauh dari optimal,” tegas Julfi dalam ajang 14th ITB International Geothermal Workshop (IIGW) 2025.

Terobosan Bisnis dan Teknologi Jadi Kunci Akselerasi

Dalam paparannya, Julfi mengajukan model bisnis baru yang lebih adaptif dan progresif. Konsep ini menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi efisien, pengembangan secara bertahap (staged development), penciptaan nilai ekonomi lokal, serta pembangunan ekosistem dari hulu ke hilir.

Beberapa strategi kunci yang ditawarkan antara lain:

Penggunaan teknologi modular dan terkini untuk efisiensi produksi dan pengurangan risiko,

Pendekatan bertahap dalam investasi untuk meminimalkan beban awal,

Pembukaan sumber pendapatan baru bagi masyarakat lokal,

Pembangunan sistem yang menyeluruh dari pengusahaan panas bumi hingga pemanfaatan energinya.

Model ini tidak hanya diharapkan meningkatkan produksi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar wilayah panas bumi.

“Panas bumi bisa menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, dan mendorong pembangunan di wilayah sekitar,” tambah Julfi.

Target yang dicanangkan API pun cukup ambisius. Pada 2029, kapasitas terpasang panas bumi Indonesia ditargetkan mampu melampaui Amerika Serikat dengan lebih dari 3,8 GW, dan naik menjadi 7,8 GW pada 2034. Angka ini bahkan melampaui target pemerintah yang sebesar 3,6 GW.

“Penting adanya political will dari pemerintah untuk mewujudkan target ini,” jelas Julfi, sembari menekankan pentingnya sinergi antara pemangku kepentingan.

Insentif, Teknologi, dan Infrastruktur Jadi Pendorong

Dukungan dari sisi regulasi juga dinilai krusial. Julfi menyebut API saat ini tengah bekerja sama dengan Kementerian ESDM untuk menyusun kebijakan insentif fiskal dan non-fiskal yang mampu menarik lebih banyak investasi di sektor panas bumi.

Di sisi teknologi, berbagai inovasi seperti co-generation, submersible electric pump (ESP), dan pembangkit modular dinilai bisa mempercepat proyek serta menurunkan risiko eksplorasi.

“Teknologi-teknologi ini mampu mengurangi risiko eksplorasi dan biaya investasi,” ungkap Julfi.

Namun, pengembangan teknologi saja tidak cukup. Jaringan transmisi listrik nasional yang masih terbatas juga menjadi tantangan besar. Julfi menekankan pentingnya membangun supergrid, yakni jaringan transmisi skala luas yang dapat mendistribusikan energi panas bumi dari wilayah terpencil ke pusat permintaan energi.

“Jika supergrid ini terwujud, panas bumi akan menjadi penggerak utama dalam transisi dan ketahanan energi Indonesia,” ujarnya yakin.

Kolaborasi Nasional Menuju Kemandirian Energi

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, panas bumi tidak hanya menyangkut aspek energi, melainkan juga dampak sosial ekonomi. Pelibatan masyarakat lokal dan pemerataan manfaat menjadi bagian penting dari strategi API. Menurut Julfi, pengembangan panas bumi harus memberikan nilai tambah langsung bagi masyarakat sekitar, sekaligus mendorong terciptanya ekonomi hijau.

Agar transformasi ini berhasil, diperlukan kerja sama lintas sektor pemerintah, pelaku industri, peneliti, dan masyarakat sipil. Dukungan kebijakan, insentif, kesiapan SDM, serta pembangunan infrastruktur yang modern harus berjalan beriringan.

Dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia dan kebutuhan energi bersih yang terus meningkat, Indonesia berada di titik krusial untuk menjadikan energi panas bumi sebagai pilar utama ketahanan energi nasional. Transformasi ini akan mendukung tujuan dekarbonisasi, pertumbuhan ekonomi hijau, dan mewujudkan masa depan energi yang lebih berkelanjutan.

Terkini

Harga HP Infinix Terbaru September 2025 Semua Seri

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:14 WIB

POCO C85 Resmi Masuk Indonesia, Baterai Besar 6000mAh

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:12 WIB

Ramalan Shio 11 September 2025: Energi Positif Tiap Shio

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:11 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini: Cabai dan Bawang Naik

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:10 WIB

Cek Penerima Bansos PKH BPNT 2025 Mudah Cepat

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:09 WIB