JAKARTA - Memasuki perdagangan Juli 2025, harga batu bara mencatat lonjakan signifikan. Kontrak Newcastle untuk pengiriman Agustus sempat menyentuh level US$111,8 per ton pada Selasa, 1 Juni 2025, naik 1,73% dari hari sebelumnya dan mencapai harga tertinggi sejak 4 Februari hampir lima bulan lalu. Kenaikan mingguan mencapai 4,88%, sementara tren bulanan menunjukkan akselerasi 6,12%.
Kenaikan ini tak lepas dari musim panas ekstrem di belahan utara Bumi. Peningkatan suhu di Shanghai, Nanjing, dan Hangzhou yang mencapai 35–40°C mendorong lonjakan penggunaan pendingin ruangan, yang secara langsung menaikkan permintaan listrik. Diagnosa ini diperkuat oleh data dari Bloomberg dan Badan Energi China, yang memproyeksikan lonjakan puncak konsumsi listrik musim panas bisa lebih dari 100 GW dibandingkan tahun lalu kondisi yang sangat meningkatkan kebutuhan batu bara di pembangkit listrik.
Keterkaitan antara suhu tinggi, penggunaan energi yang membesar, dan harga batu bara kini semakin gamblang. Investor, produsen, dan pelaku industri listrik terus memantau pergerakan harga ini, sebagai indikator awal tekanan permintaan selama musim panas.
Sinyal Teknis: Harapan Lanjut, Potensi Koreksi
Secara teknikal, pasar batu bara saat ini masih dalam tren bullish. Indeks RSI harian sekitar 68, mengindikasikan kekuatan tren naik yang cukup solid. Stochastic RSI di level 64 juga menunjukkan momentum beli yang masih kuat sinyal lanjutan potensi kenaikan harga.
Namun, karena kenaikan yang tajam belakangan ini, pasar perlu mewaspadai pos support sekitar US$109/ton, di area Moving Average 5-hari. Bila level ini ditembus, ada risiko koreksi menuju area US$108–104 per ton. Sebaliknya, jika momentum kenaikan tetap terjaga, harga bisa menguji resisten terdekat di US$113, bahkan berpotensi menyentuh US$119 per ton jika dibayangi prospek permintaan listrik global yang terus meningkat.
Harga Batu Bara Stabil di Jalur Hijau
Lonjakan harga batu bara ke level tertinggi dalam hampir lima bulan didorong oleh kombinasi suhu ekstrem, lonjakan permintaan listrik, dan dukungan teknikal yang kuat. Meski peluang untuk koreksi masih terbuka, tren naik kemungkinan masih berlanjut seiring belahan utara memasuki puncak musim panas.
Pelaku pasar di sektor energi, terutama listrik dan komoditas, perlu terus memonitor data cuaca, permintaan energi, dan indikator teknikal untuk menilai apakah tren ini akan berlanjut atau memasuki fase koreksi.
Harga mencapai US$111,8/ton level tertinggi sejak Februari.
Permintaan listrik naik tajam akibat suhu ekstrem di China.
Teknis bullish, namun koreksi ke US$109 104 per ton masih mungkin.
Target kenaikan selanjutnya di US$113 119 per ton jika momentum kuat.