JAKARTA - Industri pasar modal di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat perkembangan yang sangat positif sepanjang tahun terakhir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalteng melaporkan bahwa hingga Maret 2024, jumlah investor di wilayah tersebut mencapai 101.069 orang, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 84.704 orang pada Maret 2023.
Peningkatan ini menandai pertumbuhan sebesar 16.365 investor hanya dalam kurun waktu satu tahun. Jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yaitu Maret 2022 yang hanya mencatatkan 64.385 investor, maka total peningkatan dalam dua tahun terakhir mencapai lebih dari 57 persen.
Kepala OJK Kalteng, Otto Fitriandy, menyampaikan bahwa peningkatan ini merupakan sinyal kuat atas minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal. “Sektor pasar modal menunjukkan kinerja yang sangat baik, hal ini ditandai dengan jumlah investor yang selalu meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Otto.
Tidak hanya dari sisi jumlah investor, nilai transaksi saham juga menunjukkan performa mengesankan. Sepanjang Maret 2024, total transaksi saham di Kalteng tercatat sebesar Rp261,64 miliar. Jika dibandingkan dengan Maret 2023 yang sebesar Rp82,96 miliar, maka terjadi lonjakan transaksi hingga 215 persen.
Namun secara tahunan (year-on-year), transaksi saham ini masih lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada Maret 2022 yang sebesar Rp411,76 miliar. Meski begitu, lonjakan tajam dalam satu tahun terakhir menunjukkan adanya pemulihan minat investasi serta aktivitas yang lebih aktif di kalangan investor lokal.
Otto menambahkan bahwa sebagian besar peningkatan jumlah investor berasal dari kalangan generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial. “Lebih dari 50 persen investor di Kalteng berasal dari kalangan ini, yang dikenal adaptif terhadap teknologi dan terbiasa menggunakan gadget. Ini tentu mempermudah mereka dalam berinvestasi saham secara digital,” katanya.
Tren positif di kalangan generasi muda ini mencerminkan pergeseran budaya keuangan masyarakat yang semakin sadar pentingnya perencanaan keuangan dan investasi sejak dini. “Generasi muda ini punya potensi besar untuk membentuk budaya investasi yang sehat dan cerdas,” tambah Otto.
Di sisi lain, pertumbuhan investor juga turut ditopang oleh peningkatan nasabah Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD). Data OJK mencatat bahwa per Maret 2024, jumlah nasabah APERD perorangan mencapai 1.274 orang, sementara kategori institusi mencatatkan tiga nasabah aktif. Ini menjadi salah satu indikator bahwa minat terhadap instrumen investasi yang lebih terdiversifikasi mulai berkembang di masyarakat Kalteng.
Dengan perkembangan ini, OJK Kalteng optimistis bahwa pasar modal di wilayahnya akan terus tumbuh dan berkontribusi terhadap penguatan ekonomi daerah. Otto menyatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong inklusi keuangan melalui berbagai upaya edukasi kepada masyarakat. “Kami berharap tren positif ini terus berlanjut dan mampu mendorong literasi serta inklusi keuangan secara merata di Kalimantan Tengah,” ujarnya.
OJK Kalteng juga berkomitmen menyediakan dukungan yang dibutuhkan investor pemula agar mereka dapat berinvestasi dengan aman dan bijak. Beberapa langkah yang dilakukan meliputi penyelenggaraan kegiatan edukasi pasar modal, pelatihan literasi keuangan di berbagai kalangan, serta kerja sama dengan institusi pendidikan dan komunitas keuangan digital.
Pertumbuhan jumlah investor dan nilai transaksi saham yang tinggi di Kalteng menjadi cerminan bahwa pasar modal semakin diminati masyarakat. Dengan pendekatan yang inklusif dan pemanfaatan teknologi digital, potensi pengembangan ekonomi lokal melalui pasar modal semakin terbuka lebar.
Di tengah upaya pemulihan ekonomi pascapandemi, geliat investasi ritel seperti ini diharapkan mampu memperkuat daya tahan ekonomi daerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat. Dalam jangka panjang, peran aktif masyarakat dalam pasar modal akan menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.