JAKARTA - PT PP (Persero) Tbk (PTPP), salah satu perusahaan konstruksi milik negara, kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur nasional dengan melaksanakan proyek pelebaran Jalan Tol Tangerang–Merak. Proyek ini berlangsung pada segmen Cilegon Timur hingga Cilegon Barat, tepatnya di jalur Km 94+914 hingga Km 87+139 arah Jakarta.
Proyek strategis ini merupakan bagian dari kontribusi nyata PTPP dalam meningkatkan konektivitas antarwilayah, khususnya di Provinsi Banten yang menjadi pintu gerbang utama Pulau Jawa menuju Sumatera.
“PTPP terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur nasional,” ujar Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, dalam keterangan resminya di Jakarta.
Nilai Kontrak dan Waktu Pelaksanaan
Proyek pelebaran Tol Tangerang–Merak Paket 2 ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp134,7 miliar (sebelum PPN) dengan masa pelaksanaan selama 240 hari kalender. Proyek ini dimulai sejak 17 Desember 2024 dan ditargetkan selesai dalam waktu delapan bulan.
Pekerjaan yang dilakukan mencakup penambahan satu lajur ketiga ke arah Jakarta, yang bertujuan untuk mengurai kepadatan kendaraan dan meningkatkan efisiensi distribusi logistik serta mobilitas masyarakat.
Mewujudkan Arah Kebijakan Presiden
Menurut Joko, proyek ini juga selaras dengan visi pembangunan Presiden RI yang tertuang dalam agenda Astacita, yakni pembangunan merata dari pinggiran serta peningkatan produktivitas nasional melalui infrastruktur strategis.
“Proyek ini selaras dengan Astacita Presiden RI, khususnya dalam mewujudkan pembangunan dari wilayah suburban, mendorong produktivitas nasional, serta menggerakkan sektor strategis dalam negeri melalui pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan,” jelasnya.
Tantangan Proyek dan Manajemen Lalu Lintas
Proyek ini bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah pelaksanaan pekerjaan yang beririsan langsung dengan jalur tol aktif yang padat arus kendaraan.
“Hal ini mengharuskan penerapan manajemen lalu lintas yang sangat cermat dan responsif untuk menjamin keselamatan serta kelancaran lalu lintas selama proses konstruksi,” ungkap Joko.
Untuk menjawab tantangan tersebut, PTPP menerapkan sistem manajemen lalu lintas berbasis teknologi. Salah satu inovasi andalannya adalah penggunaan Robo Flagman, sistem pengatur lalu lintas otomatis yang menggantikan peran petugas di lapangan.
Teknologi ini tidak hanya meningkatkan keselamatan kerja tetapi juga mempercepat pengaturan lalu lintas di area konstruksi yang rawan kecelakaan.
Inovasi Digital di Era Konstruksi 4.0
Penggunaan Robo Flagman merupakan bagian dari transformasi digital PTPP dalam menghadapi era Konstruksi 4.0, di mana pemanfaatan teknologi menjadi kunci dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerjaan.
“Inovasi ini mencerminkan komitmen perusahaan terhadap peningkatan efisiensi, keselamatan kerja, dan pemanfaatan teknologi dalam sektor konstruksi nasional,” kata Joko lebih lanjut.
Selain Robo Flagman, proyek ini juga didukung oleh berbagai strategi rekayasa teknik yang matang, termasuk pengaturan jadwal kerja pada jam-jam non-puncak guna meminimalisasi gangguan terhadap lalu lintas umum.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Pelebaran Tol Tangerang–Merak tidak hanya berorientasi pada peningkatan konektivitas dan mobilitas, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi wilayah Banten dan sekitarnya. Proyek ini membuka peluang kerja bagi masyarakat lokal dan memperkuat daya saing daerah dalam menarik investasi.
“Proyek pelebaran Jalan Tol Tangerang–Merak ini merupakan kontribusi nyata PTPP dalam mendukung agenda pembangunan pemerintah, yang tidak hanya fokus pada percepatan konektivitas dan mobilitas nasional, tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja, memperkuat daya saing wilayah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” tutup Joko.
Dengan proyek strategis ini, PTPP tidak hanya membangun jalan tol, tetapi juga turut membangun masa depan konektivitas Indonesia yang lebih terintegrasi, efisien, dan berkelanjutan. Pelebaran jalur tol di wilayah strategis seperti Cilegon membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur bukan sekadar proyek fisik, melainkan langkah konkret dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional.
Proyek ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara teknologi, tata kelola lalu lintas yang cermat, serta komitmen terhadap agenda pembangunan pemerintah dapat berjalan beriringan demi kemajuan bangsa.