Harga Minyak Dunia Naik Tipis pada Selasa Pagi, Brent Sentuh US Dolar 67,16 per Barel: Dampak Optimisme Dagang AS-China dan Dinamika OPEC+

Selasa, 10 Juni 2025 | 10:08:46 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Tipis pada Selasa Pagi, Brent Sentuh US Dolar 67,16 per Barel: Dampak Optimisme Dagang AS-China dan Dinamika OPEC+

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Selasa pagi, 10 Juni 2025, didorong oleh optimisme pasar terhadap perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Minyak mentah Brent tercatat naik ke level US$67,16 per barel, menguat sebesar 0,18% atau sekitar 12 sen dari penutupan sebelumnya.

Sementara itu, harga minyak acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), juga mengalami penguatan tipis sebesar 13 sen menjadi US$65,42 per barel. Kenaikan ini menandai level tertinggi yang dicapai sejak awal April 2025.

Menurut laporan Reuters, penguatan harga ini mencerminkan harapan pasar bahwa perundingan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, yakni AS dan China, dapat mengurangi ketegangan global dan berdampak positif terhadap permintaan energi. “Kabar dari London menunjukkan bahwa perundingan dengan China memberikan umpan balik positif,” ujar Presiden AS Donald Trump dalam pernyataannya yang dikutip Reuters. Ia menambahkan bahwa “perkembangan ini memberikan sinyal positif bagi ekonomi global.”

Ketegangan Geopolitik dan Dinamika Pasokan Minyak

Meskipun pasar menunjukkan optimisme, dinamika pasokan minyak mentah global tetap menjadi faktor penting yang memengaruhi pergerakan harga. Iran, salah satu produsen utama dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), tengah menyusun tanggapan diplomatik terhadap Amerika Serikat terkait perjanjian nuklir. Situasi ini berpotensi memengaruhi volume ekspor minyak Iran ke pasar global.

Di sisi lain, produksi OPEC pada Mei menunjukkan peningkatan ringan. Beberapa negara anggota seperti Irak dilaporkan memproduksi di bawah target, sedangkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mulai meningkatkan produksi secara perlahan.

Analis pasar energi mencermati langkah OPEC+, yang mempercepat pengurangan tingkat pemangkasan produksi. Langkah ini dinilai dapat menyebabkan kelebihan pasokan pada semester kedua 2025, yang berisiko menekan harga minyak lebih lanjut. Survei yang dilakukan Reuters mengindikasikan bahwa kenaikan produksi secara kolektif masih berada dalam kendali, namun tetap mengundang perhatian pelaku pasar.

Prediksi Harga dari J.P. Morgan dan Morgan Stanley

Kendati ada potensi tekanan harga di masa mendatang, beberapa institusi keuangan besar tetap optimis terhadap harga rata-rata minyak dunia. J.P. Morgan, dalam analisis terbarunya, memperkirakan harga minyak Brent akan berada di kisaran rata-rata US$73 per barel sepanjang 2025. Namun, mereka juga memperkirakan harga dapat merosot di bawah US$70 menjelang akhir tahun, seiring munculnya potensi surplus pasokan global.

“Pasar kemungkinan akan mengalami surplus sekitar 1,3 juta barel per hari pada 2025, sementara pertumbuhan permintaan diprediksi hanya mencapai 1,1 juta barel per hari,” demikian disampaikan dalam laporan analis J.P. Morgan.

Sementara itu, Morgan Stanley mengambil langkah revisi ke atas dalam proyeksinya terhadap harga Brent untuk semester dua 2025, dari sebelumnya di bawah US$70 menjadi tepat di angka US$70 per barel. Revisi ini dilakukan setelah OPEC+ memutuskan untuk menunda dan memperlambat rencana peningkatan produksi, sehingga mengurangi potensi surplus dan memberikan sokongan terhadap harga.

Ketidakpastian Masih Membayangi Pasar

Meskipun ada sinyal positif dari sisi permintaan, pelaku pasar tetap diminta waspada terhadap ketidakpastian geopolitik yang dapat mengganggu kestabilan pasokan. Konflik di Timur Tengah, ketegangan diplomatik antara AS dan Iran, serta arah kebijakan OPEC+ menjadi variabel penting dalam dinamika pasar minyak dunia.

“Keputusan OPEC+ yang lebih fleksibel bisa menjadi penyeimbang terhadap kemungkinan peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC,” ujar analis energi dari Reuters. Ia menambahkan bahwa ketidakpastian tersebut harus terus dipantau, terutama oleh investor dan pelaku industri energi.

Kenaikan tipis harga minyak mentah Brent ke level US$67,16 pada Selasa pagi menandai respons pasar terhadap perkembangan geopolitik dan prospek ekonomi global. Perundingan dagang AS-China menjadi katalis positif, meski tekanan dari sisi pasokan masih membayangi. Proyeksi dari lembaga finansial besar seperti J.P. Morgan dan Morgan Stanley menunjukkan bahwa harga minyak masih memiliki ruang untuk bertahan di atas US$70 per barel, meskipun risiko surplus pasokan tetap mengintai.

Investor dan pelaku pasar energi disarankan untuk terus mencermati arah kebijakan OPEC+, perkembangan geopolitik, serta dinamika hubungan dagang internasional dalam menentukan strategi ke depan. Harga minyak yang sensitif terhadap isu-isu global ini akan tetap menjadi indikator utama dalam pergerakan pasar komoditas di paruh kedua tahun 2025.

Terkini

AC Milan Fokus Jual Pemain Demi Tutupi Defisit Transfer

Selasa, 09 September 2025 | 15:44:46 WIB

Persebaya Tetap Andalkan Gaya Main Meski Hadapi Persib

Selasa, 09 September 2025 | 15:44:43 WIB

Gultik Malam Hadir, Santapan Gurih Kini di Banda Aceh

Selasa, 09 September 2025 | 15:44:41 WIB

Jelajahi Nikmatnya Makanan Thailand di Jakarta Selatan

Selasa, 09 September 2025 | 15:44:33 WIB

Cara Praktis Buka Blokir PIN Livin by Mandiri Cepat

Selasa, 09 September 2025 | 14:24:05 WIB