Harga Batu Bara Anjlok: Tekanan dari China dan India Guncang Pasar Global

Rabu, 04 Juni 2025 | 08:35:03 WIB
Harga Batu Bara Anjlok: Tekanan dari China dan India Guncang Pasar Global

JAKARTA - Harga batu bara global kembali mencatat penurunan tajam pada perdagangan Selasa (3/6/2025), dipicu oleh tekanan dari dua negara konsumen dan produsen utama dunia: China dan India. Pelemahan harga ini semakin menambah kekhawatiran investor dan pelaku industri terhadap prospek pasar komoditas energi di tengah surplus pasokan dan lemahnya permintaan.

Berdasarkan data pasar, harga batu bara termal Newcastle untuk pengiriman Juni 2025 terkoreksi sebesar US$ 1,1 dan kini diperdagangkan di level US$ 104,25 per ton. Untuk kontrak Juli 2025, harga turun US$ 0,5 ke level US$ 107 per ton, sementara kontrak Agustus juga melemah US$ 0,5 menjadi US$ 108,75 per ton.

Penurunan juga terjadi di pasar Eropa. Harga batu bara Rotterdam untuk Juni naik tipis US$ 0,5 menjadi US$ 97,15, namun harga kontrak Juli turun US$ 0,1 ke US$ 96,6 dan kontrak Agustus terkoreksi US$ 0,05 menjadi US$ 96,85 per ton.

Kelebihan Pasokan dan Lesunya Permintaan di China Tekan Harga

Kabar utama yang memicu koreksi harga global datang dari China, konsumen batu bara terbesar dunia. Mengutip data BigMint dan Mysteel Global, harga batu bara termal kalori 5.500 kcal/kg di pelabuhan transfer utara China pada 29 Mei 2025 tercatat turun ke level 620 Yuan per ton, atau sekitar US$ 86,2. Ini merupakan level terendah sejak Maret 2021.

Penurunan ini terjadi karena permintaan dari sektor pembangkit listrik yang tetap lemah meski memasuki musim panas, yang biasanya mendorong konsumsi energi. Di sisi lain, pasokan batu bara domestik membanjiri pasar, memperparah kondisi kelebihan stok di pelabuhan dan pembangkit listrik.

“Pasar menghadapi tekanan berat, di saat sebelumnya ada ekspektasi pemulihan menjelang musim panas. Namun nyatanya, permintaan tetap tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan,” tulis BigMint dalam laporannya.

Menurut Asosiasi Batu Bara Nasional China, produksi batu bara domestik pada 2025 diproyeksikan tumbuh sebesar 5%, jauh melampaui pertumbuhan permintaan yang hanya 1,5–2%. Margin keuntungan perusahaan tambang bahkan dilaporkan menyusut hampir 49% selama periode Januari hingga April.

Meski demikian, para produsen diperkirakan akan terus meningkatkan produksi demi mempertahankan keberlangsungan operasional. Hal ini tentu memperbesar tekanan pasokan di pasar domestik dan global.

India Tambah Produksi, Tekan Harga Impor

Selain dari China, India juga memberikan sentimen negatif terhadap pasar batu bara global. Pada Mei 2025, India mencatat peningkatan produksi batu bara sebesar 3% menjadi 86,24 juta ton. Tambang captive dan komersial bahkan mengalami lonjakan produksi hingga 16,93 juta ton dari sebelumnya 13,83 juta ton.

Stok batu bara milik perusahaan-perusahaan di India juga meningkat 29% menjadi 122,69 juta ton hingga akhir Maret. Dengan cadangan yang cukup tinggi, kebutuhan untuk melakukan impor diperkirakan akan berkurang, sehingga memperlemah permintaan batu bara internasional.

Kementerian Batu Bara India dalam pernyataannya menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas pasokan dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, serta mendorong pertumbuhan sektor energi yang lebih berkelanjutan.

“Kami terus berkomitmen untuk mendukung stabilitas pasokan dan efisiensi distribusi batu bara dalam negeri, sekaligus menurunkan ketergantungan impor melalui peningkatan produksi nasional,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Batu Bara India dikutip dari laporan Coal Ministry Release.

Konsekuensi Global dan Proyeksi Pasar

Anjloknya harga batu bara akibat tekanan dari dua pasar utama ini memunculkan kekhawatiran akan oversupply berkepanjangan. Selain itu, kenaikan kapasitas energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin di kedua negara juga turut menggerus dominasi batu bara di sektor kelistrikan.

Pembangkit listrik di China dan India kini cenderung mempertahankan stok tinggi guna mengantisipasi lonjakan musiman, sehingga transaksi di pasar spot menjadi lebih jarang dan menekan ruang kenaikan harga.

Beberapa analis memperkirakan bahwa harga batu bara akan terus tertekan hingga kuartal ketiga 2025, kecuali terjadi lonjakan permintaan akibat cuaca ekstrem atau gangguan pasokan signifikan.

Terkini

Cara Praktis Buka Blokir PIN Livin by Mandiri Cepat

Selasa, 09 September 2025 | 14:24:05 WIB

Cara Mudah Cek Pajak Kendaraan NTB Secara Digital

Selasa, 09 September 2025 | 14:24:03 WIB

Promo 9.9 Blibli Tawarkan Diskon dan Voucher Menarik

Selasa, 09 September 2025 | 14:24:01 WIB

Pantai Seminyak, Liburan Murah Meriah Menikmati Sunset

Selasa, 09 September 2025 | 14:24:00 WIB