Harga Batu Bara Tembus USD 100 per Ton, Dorongan Utama Datang dari Proyek China di Luar Negeri

Kamis, 01 Mei 2025 | 08:51:23 WIB
Harga Batu Bara Tembus USD 100 per Ton, Dorongan Utama Datang dari Proyek China di Luar Negeri

JAKARTA - Harga batu bara global kembali menembus level psikologis USD 100 per ton pada akhir April 2025, menjadi kabar positif bagi para pelaku industri pertambangan. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan permintaan global, khususnya dari Tiongkok yang masih aktif membangun pembangkit listrik berbasis batu bara, termasuk di luar negeri.

Berdasarkan data dari Refinitiv, harga batu bara ditutup pada level USD 100,45 per ton pada Selasa, 30 April 2025, mencatatkan kenaikan sebesar 1,46 persen dibandingkan hari perdagangan sebelumnya yang berada di angka USD 99 per ton. Ini juga menandai kenaikan lima hari berturut-turut, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik terendah bulanan di USD 94 per ton.

Kenaikan ini secara langsung berkaitan dengan langkah ekspansi energi fosil oleh Tiongkok, yang meskipun sebelumnya telah menyatakan komitmen terhadap energi bersih, kini kembali mendukung proyek-proyek pembangkit tenaga batu bara di sejumlah negara berkembang.

Mengutip laporan dari Global Energy Monitor, Tiongkok terlibat dalam 88 persen proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Dukungan ini mencakup total kapasitas sebesar 7,7 gigawatt (GW) yang sebagian besar berlokasi di Indonesia.

“Perusahaan-perusahaan China mendukung 7,7 GW pembangkit listrik tenaga batu bara baru, yang hampir semuanya berada di Indonesia, meskipun Presiden Xi telah berjanji untuk mengakhiri dukungan terhadap proyek batu bara di luar negeri,” tulis laporan Global Energy Monitor, dikutip dari CNBC Indonesia.

Harga batu bara sepanjang April 2025 tercatat berfluktuasi. Diawali dari level USD 103 per ton, harga sempat menurun ke USD 97, sebelum kembali menguat menjelang akhir bulan. Sentimen pasar didorong oleh dinamika geopolitik, ketegangan rantai pasok energi, serta kebijakan energi global yang terus berkembang.

Di sisi lain, Tiongkok memainkan peran ganda dalam perkembangan sektor energi dunia. Selain mendorong pembangunan pembangkit batu bara, negara tersebut juga memimpin dalam pengembangan energi terbarukan, terutama tenaga angin dan surya di kawasan BRICS. Tiongkok tercatat membangun kapasitas energi hijau hingga 2,3 GW, diikuti oleh Brasil dan India yang juga menunjukkan pertumbuhan pesat di sektor ini.

Kombinasi antara peningkatan dukungan terhadap energi batu bara dan pertumbuhan energi terbarukan menciptakan dilema sekaligus peluang dalam transisi energi global. Para analis menilai dinamika ini akan semakin menentukan arah harga komoditas batu bara di semester kedua 2025.

Dengan faktor-faktor tersebut, harga batu bara diperkirakan akan tetap volatile, meski peluang untuk bertahan di atas USD 100 per ton cukup terbuka jika permintaan tetap kuat, terutama dari kawasan Asia. Pemerintah dan pelaku industri pun diharapkan mencermati tren ini guna menyusun strategi ekspor dan pasokan yang adaptif terhadap fluktuasi global.

Terkini

Ramalan Shio 8 September 2025: Persiapkan Hari Senin

Senin, 08 September 2025 | 11:24:23 WIB

Manfaat Ilmiah Buah Alpukat untuk Kesehatan dan Kulit

Senin, 08 September 2025 | 11:24:21 WIB

BYD M9 Hadir, MPV Premium Ramah Lingkungan Indonesia

Senin, 08 September 2025 | 11:24:17 WIB

Update Harga dan Spesifikasi HP Vivo Terbaru 2025

Senin, 08 September 2025 | 11:10:51 WIB

Harga Terbaru HP Realme: Seri C, GT, dan P

Senin, 08 September 2025 | 11:10:50 WIB