Harga Emas Turun Rp 23.000 per Gram, Ini 5 Faktor Utama Penyebabnya

Senin, 07 April 2025 | 18:09:08 WIB
Harga Emas Turun Rp 23.000 per Gram, Ini 5 Faktor Utama Penyebabnya

Jakarta - Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) mengalami penurunan tajam dalam beberapa hari terakhir. Di wilayah Makassar, harga emas turun drastis sebesar Rp 23.000 per gram, kini bertengger di angka Rp 1.758.000 per gram. Penurunan ini terjadi hanya beberapa hari setelah harga emas menyentuh level tertingginya pada Kamis, 3 April 2025 di angka Rp 1.836.000 per gram, Senin, 7 April 2025.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, terutama bagi mereka yang menjadikan emas sebagai salah satu aset safe haven. Meski secara historis emas dikenal relatif stabil, namun harga emas tetap rentan terhadap berbagai faktor eksternal.

Menurut pengamat ekonomi dan pasar komoditas, penurunan harga emas saat ini tidak terjadi tanpa alasan. Setidaknya terdapat lima faktor utama yang menjadi penyebab utama merosotnya harga logam mulia ini.

1. Kenaikan Suku Bunga Acuan

Salah satu faktor paling krusial yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral, seperti The Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat maupun Bank Indonesia.

"Ketika suku bunga naik, investor cenderung memilih instrumen investasi lain seperti deposito dan obligasi karena menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen, menjadi kurang menarik," ujar Anwar Said, analis pasar dari Makassar Investment Watch, Senin, 7 April 2025.

Kebijakan moneter yang ketat ini bertujuan mengendalikan inflasi, namun memiliki konsekuensi terhadap instrumen investasi seperti emas.

2. Penguatan Nilai Tukar Dolar AS

Harga emas dunia diperdagangkan dalam mata uang dolar Amerika Serikat (USD). Maka, ketika nilai tukar dolar menguat, harga emas dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri, termasuk Indonesia.

"Penguatan dolar membuat emas menjadi aset yang lebih mahal di mata uang lokal. Ini langsung berdampak pada permintaan global," tambah Anwar.

Dalam beberapa pekan terakhir, indeks dolar menunjukkan tren naik, mencerminkan kekuatan ekonomi AS yang kembali membaik pascapandemi dan meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga lanjutan.

3. Stabilitas Ekonomi Global

Selama masa ketidakpastian, emas kerap menjadi pilihan utama investor karena dianggap sebagai aset yang aman atau safe haven. Namun, ketika situasi ekonomi global mulai menunjukkan stabilitas, selera risiko investor meningkat.

"Data ekonomi global yang positif membuat investor lebih percaya diri untuk kembali masuk ke pasar saham dan aset-aset berisiko lainnya. Ini membuat permintaan terhadap emas menurun," jelas Anwar.

Pemulihan ekonomi Tiongkok, stabilnya harga energi, dan meredanya ketegangan geopolitik di Eropa turut memperkuat optimisme pasar, yang pada akhirnya mengurangi daya tarik emas.

4. Penurunan Permintaan Industri dan Tekanan Komoditas

Selain sebagai alat investasi, emas juga banyak digunakan di sektor industri, seperti perhiasan, elektronik, dan medis. Penurunan permintaan dari sektor-sektor ini turut memberikan tekanan tambahan pada harga emas.

"Ketika industri perhiasan dan manufaktur menurunkan permintaan akibat biaya produksi yang tinggi atau permintaan konsumen yang menurun, maka harga emas juga akan terdampak," ungkap Anwar.

Ditambah lagi, harga logam mulia lain seperti perak dan platina juga mengalami penurunan, menciptakan tekanan tersendiri di pasar komoditas logam secara keseluruhan.

5. Aksi Profit Taking Investor

Setelah harga emas sempat meroket ke level tertinggi, banyak investor yang mengambil langkah profit taking atau mengambil keuntungan. Langkah ini mengakibatkan peningkatan pasokan emas di pasar yang pada akhirnya menekan harga.

"Aksi jual besar-besaran setelah kenaikan harga yang signifikan adalah hal yang biasa. Ini adalah strategi untuk mengamankan keuntungan sebelum harga terkoreksi," kata Anwar.

Dampak dan Antisipasi

Penurunan harga emas ini tentu menimbulkan berbagai reaksi di kalangan pelaku pasar. Sebagian investor melihat ini sebagai peluang membeli di harga lebih rendah, sementara yang lain memilih untuk wait and see, menunggu kepastian arah pasar.

Meski demikian, Anwar menegaskan bahwa fluktuasi harga adalah hal yang normal dalam pasar komoditas. "Investor sebaiknya tetap tenang dan mengkaji portofolio investasi secara keseluruhan, jangan panik hanya karena satu aset mengalami koreksi," tutupnya.

Terkini