Saham Perbankan Diprediksi Tertekan Usai Libur Panjang, Analis Sentimen Positif Sudah Terpriced In

Senin, 07 April 2025 | 18:26:48 WIB
Saham Perbankan Diprediksi Tertekan Usai Libur Panjang, Analis Sentimen Positif Sudah Terpriced In

Jakarta - Pergerakan saham sektor perbankan, khususnya kelompok bank buku empat (KBMI 4), diperkirakan akan menghadapi tekanan pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 8 April 2025, usai libur panjang Hari Raya Nyepi dan Idulfitri 1446 H. Prediksi ini bertolak belakang dari tren positif yang terjadi sebelum libur panjang, Senin, 7 April 2025.

Pada pekan terakhir sebelum libur, saham perbankan mengalami penguatan signifikan. Kenaikan harga saham tersebut didorong oleh euforia hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), terutama terkait dengan pembagian dividen yang meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan kenaikan paling tinggi di antara bank KBMI 4, yakni sebesar 12,55% menjadi Rp 5.200 per saham. Peningkatan ini menandai kembalinya saham BMRI ke atas level Rp 5.000 setelah sebelumnya sempat turun ke Rp 4.870 per saham pada 25 Februari 2025.

Disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatat penguatan 10,66% ke level Rp 4.050 per saham. Kenaikan tersebut turut memperbaiki kinerja BBRI yang sebelumnya sempat anjlok 17,65% secara year to date (ytd) ke level Rp 3.360 pada 28 Februari 2025. Kini, secara ytd, saham BBRI hanya terkoreksi 0,74%.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) hanya mengalami kenaikan 3,92% menjadi Rp 4.240 per saham, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat kenaikan paling kecil yakni 1,49% menjadi Rp 8.500 per saham. BBCA juga tercatat mengalami koreksi ytd paling dalam sebesar 12,14%.

Namun, tren positif tersebut diperkirakan tidak berlanjut. Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, mengungkapkan bahwa tekanan terhadap saham bank besar sangat mungkin terjadi dalam jangka pendek.

Indy menambahkan, potensi kenaikan inflasi serta arah kebijakan suku bunga acuan yang belum pasti akan menjadi tekanan tersendiri, baik dari investor domestik maupun asing.

Lebih lanjut, Indy menyebutkan bahwa BMRI dan BBNI masih memiliki potensi koreksi yang lebih terbatas dibandingkan bank KBMI 4 lainnya, karena didukung oleh fundamental yang solid dan pertumbuhan kredit (loan growth) yang tetap sehat.

Senada dengan Indy, Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, juga menilai tekanan terhadap saham sektor perbankan akan meningkat usai libur panjang.

Audi menyoroti kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang mengenakan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap Indonesia, yang menurutnya secara tidak langsung turut memberi tekanan terhadap sektor keuangan domestik, termasuk saham-saham perbankan.

Ia memperingatkan bahwa kondisi ini akan meningkatkan biaya kredit (cost of credit) dan menurunkan demand kredit, dua faktor krusial dalam profitabilitas bank.

Selain itu, Audi juga menyoroti kebijakan pemerintah Indonesia yang menghapus piutang macet UMKM. Meskipun ini positif untuk pelaku usaha, namun dari sisi perbankan, akan berdampak pada pengurangan pendapatan bunga dan pokok pinjaman.

Prospek Saham Perbankan Masih Wait and See

Meski demikian, para analis sepakat bahwa saham perbankan masih layak dipantau. Fundamental sektor ini dinilai masih kuat dalam jangka panjang, namun

Terkini