Harga Minyak Dunia Naik Tipis, Dipengaruhi Penurunan Stok AS dan Ketegangan Timur Tengah

Kamis, 20 Maret 2025 | 11:05:12 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Tipis, Dipengaruhi Penurunan Stok AS dan Ketegangan Timur Tengah

JAKARTA – Harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis pada Rabu, 19 Maret 2025, didorong oleh penurunan stok bahan bakar di Amerika Serikat serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Kontrak berjangka Brent naik 22 sen atau 0,31% menjadi US$70,78 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 26 sen atau 0,39% ke US$67,16 per barel. Kenaikan harga ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar akibat kondisi global yang semakin kompleks.

Penurunan Stok Bahan Bakar AS Dorong Kenaikan Harga

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak adalah laporan terbaru pemerintah AS yang menunjukkan penurunan signifikan pada stok bahan bakar. Data menunjukkan bahwa stok distilat, termasuk diesel dan minyak pemanas, turun 2,8 juta barel menjadi 114,8 juta barel. Angka ini jauh melebihi proyeksi penurunan sebelumnya yang hanya sekitar 300.000 barel.

Analis energi dari XYZ Energy Research, John Peterson, menyatakan bahwa kondisi ini mencerminkan peningkatan permintaan yang lebih tinggi dari perkiraan.

"Penurunan stok yang lebih dalam dari ekspektasi menunjukkan adanya peningkatan permintaan atau gangguan pasokan yang tidak terduga. Ini menjadi faktor utama yang mendorong harga minyak ke level lebih tinggi," ujar Peterson.

Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah Memicu Ketidakpastian Pasar

Selain faktor fundamental pasokan dan permintaan, situasi geopolitik yang semakin memanas juga turut mempengaruhi harga minyak. Militer Israel melancarkan operasi darat di Gaza, yang memicu eskalasi konflik di wilayah tersebut.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan bahwa AS akan terus melakukan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman. Serangan ini merupakan respons terhadap aksi kelompok Houthi yang mengganggu jalur perdagangan minyak di Laut Merah, salah satu rute perdagangan utama dunia.

"Situasi di Timur Tengah selalu menjadi faktor sensitif bagi pasar minyak. Ketegangan yang meningkat dapat menyebabkan gangguan pasokan dan meningkatkan volatilitas harga," kata Michael Andrews, analis geopolitik dari Global Energy Watch.

Keputusan Federal Reserve Membatasi Kenaikan Harga

Meski harga minyak mengalami kenaikan, pergerakannya masih terbatas akibat kebijakan moneter AS. Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, yang secara tidak langsung menahan lonjakan harga minyak lebih lanjut.

Tingkat suku bunga yang stabil membuat dolar AS tetap kuat, sehingga harga minyak yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi negara lain. Hal ini menekan permintaan global dan mengurangi potensi lonjakan harga yang lebih tajam.

Prospek Pasar Minyak ke Depan

Para analis memperkirakan bahwa harga minyak masih akan bergerak fluktuatif dalam beberapa waktu ke depan, bergantung pada perkembangan lebih lanjut di Timur Tengah serta kebijakan ekonomi global.

"Jika ketegangan geopolitik terus meningkat dan stok minyak AS terus menyusut, kita bisa melihat harga Brent mendekati level US$75 per barel dalam beberapa pekan ke depan," kata David Carter, analis energi dari Bloomberg.

Namun, jika Federal Reserve mengambil langkah lebih ketat dalam kebijakan moneternya, harga minyak berpotensi kembali mengalami tekanan di pasar global.

Terkini